PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Primata ini termasuk satwa dilindungi. Di Indonesia, status lindung itu diberlakukan bahkan sejak jaman pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Peraturan Perlindungan Binatang Liar No. 266 Tahun 1931, UU No. 5 Tahun 1990, SK Menteri Kehutanan No. 301/Kpts-II/1991 (10 Juni 1991), SK Menteri Kehutanan No. 882/Kpts-II/1992 (08 Spetember 1992), dan PP No. 7 Tahun 1999. Secara internasional, primata ini dikategorikan rentan dalam IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) Red Data Book dan dimasukkan ke dalam Appendix I CITES (Convention on International Trade in Endangered Spesies of Wild Flora and Fauna).
Primata merupakan ordo dari primate. Ordo ini terdiri dari monyet dan manusia. Keduanya ini memiliki persamaan dan perbedaan, misalnya pada persamaan keduanya memiliki mata menghadap ke depan, ibu jari kaki pada kedua tungkaidepan dan dapat di gerakan ke segalah arah, dan letak kelenjar susu di dada. Sedangkan perbedaan kaki manusia lebih panjang dari pada monyet atau kera, struktur tulang belakang manusia memungkinkan manusia berdiri tegak dari pada monyet, hidung manusia tampak lebih jelas dari pada monyet, dan lain sebagainya.
Berdasarkan perbedaan dan persamaan yang di miliki keduanya ini maka para ahli evolusi ada yang mengemukakan teorinya bahwa manusia merupakan keturunan dari kera. Kera atau monyet ini memiliki beberapa jenis yaitu orang utan, gorilla, dan kera ekor panjang (Macaca fascicularis).
Populasi kera ekor panjang (Macaca fascicularis) merupakan salah satu primate yang paling berlimpah di seluruh dunia. Di Indonesia terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Kera ekor panjang (Macaca fascicularis) merupakan hewan diurnal yaitu hewan yang aktif pada siang hari. Biasanya mereka mencari makan pada pagi hari, beristirahat atau tidur pada siang hari dan aktif kembali pada sore hari.
Dalam suatu populasi setiap individu mempunyai prilaku yang berbada-beda pada waktu yang sama, biasanya ada yang sementara makan, yang lain sementara bermain dan sebagainya. Hal ini perlu kita melakukan pengamatan secara langsung pada habitat atau tampat hidup kera ekor panjang tersebut, sehingga kita bisa melihat sendiri bagaimana pola prilaku dan aktifitas yang di lakukan oleh kera ekor panjang dalam kehidupan sehari-harinya.
Primata ini mampu hidup di segala habitat dan ekosistem serta aktifitasnya tidak hanya melulu berada di atas pohon tetapi juga turun ke tanah dan beratifitas di atas tanah. Karena kemampuan adaptasinya yang tinggi serta kemampuan berkembangbak yang cepat dan kelimpahan sumber makanan, jumlah primata ini di gua monyet wali kota diperkirakan jumlahnya sekarang ini mencapai 5 ekor.
Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) adalah monyet asli Asia Tenggara namun sekarang tersebar di berbagai tempat di Asia. Monyet ini sangat adaptif dan termasuk hewan liar yang mampu mengikuti perkembangan peradaban manusia.
Secara fisiologis, tubuhnya mempunyai panjang tubuh 38-76 cm, panjang ekor 61 cm dengan berat badan sampai 6 kg. Tubuhnya tampak kokoh yang tertutup mantel rambut berwarna coklat kemerah-merahan di bagian bawah nampak lebih muda dan muka menonjol dengan wama keputih-putihan. Wama mantel rambut kera ini yang hidup di pedalaman hutan lebih gelap dari pada yang hidup dipantai. Anak kera ekor panjang mantel rambut berwama hitam dengan rambut muka dan telinga nampak cemerlang, warna rambut inl akan berubah setelah berumur 1 tahun.
Monyet ini memiliki alat kelamin menonjol, yang jantan kantong zakar besar. Masa kawin pada setiap siklus, kawinnya beramai-ramai, seekor pejantan kawin dengan beberapa ekor betina dan seekor betina kawin dengan beberapa ekor pejantan. Masa bunting selama 116 hari.
Monyet ekor panjang mampu hidup dalam berbagai kondisi dari hutan bakau di pantai, dataran rendah sampai pegunungan dengan keting- gian 2000 mdpl. Monyet ini dapat ditemukan di mana-mana, menjadi hama bagi penduduk, merusak padi, jagung dan tanaman buah-buahan.
Dalam mencari makan monyet ekor panjang selalu merubah daerah jelajahnya, tergantung pada ketersediaan makanan. Makanannya daun, buah, biji, dan bunga. Selain itu juga makan serangga, telur anak burung dll.
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui jumlah individu kera ekor panjang (Macaca fascicularis) pada suatu populasi.
2. Untuk mempelajari pola prilaku kera ekor panjang (Macaca fascicularis) secara langsung dengan mengamati aktifitas-aktifitas yang di lakukannya.
C. MANFAAT
1. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat ilmiah tentang bagaimana pola prilaku dan aktifitas yang di lakukan oleh kera ekor panjang (Macaca fascicularis) dalam kehidupan sehari-hari pada habitatnya.
2. Agar dapat secara langsung mengetahui prilaku jenis dari primata dengan menulis hasil pengamatan dengan menggunakan metode pustaka, sehingga menambah pengetahuan bagi penulis.
TINJAUAN PUSTAKA
A. GAMBARAN UMUM PRIMATA (MOCACA FACICULARIS)
1. Klasifikasi
Nama lain dari Kera ekor panjang ini pada umumnya dikenal dengan nama mocaca fascicularis. merupakan bukan manusia yang berlimpah diseluruh dunia. Dan aktif mencari makan di siang hari.
Adapun klasifikasi dari Kera Hitam tersebut adalah sebagai berikut :
· Kingdom : Animalia
· Sub Kingdom : Metazoa
· Phyllum : Chordata
· Sub Phyllum : Vertebrata
· Classis : Mamalia
· Sub Classis : Theria
· Ordo : Primata
· Sub Ordo : Antropidea
· Familia : Ceroopithecidae
· Genus : Mocaca
· Spesies : Mocaca Fascicularis
2. Morfologi
Ciri-ciri Kera ekor panjang atau yang lebih dikenal dengan mocaca fascicularis, menurut Roonwal dan Manhot (1977) dalam Dirgayusa (1991) Kera ekor panjang dewasa memiliki warna rambut abu-abu. Perbedaan antara betina dan jantan terletak pada bagian Velvik (selangkangan), yaitu pada bagian pelvik betina berwarna putih pucat sedangkan pada jantan berwarna hitam.(Mapier, 1985 dalam dirgayusa 1991).
Ciri-ciri Kera ekor panjang atau yang lebih dikenal dengan mocaca fascicularis, menurut Roonwal dan Manhot (1977) dalam Dirgayusa (1991) Kera ekor panjang dewasa memiliki warna rambut abu-abu. Perbedaan antara betina dan jantan terletak pada bagian Velvik (selangkangan), yaitu pada bagian pelvik betina berwarna putih pucat sedangkan pada jantan berwarna hitam.(Mapier, 1985 dalam dirgayusa 1991).
Bermanetal,(2007), pertumbuhan populasi yang cepat, overhabituasi dan hyperagresif bisa menjadi permasalahan serius di waktu mendatang, terlebih lagi habitat juga mengalami perubahan atau bahkan hilang. Meskipun juga tidak dapat di pungkiri hubungan antara primata di obyek wisata juga bisa bersifat komensalism seperti dampak ekonomi (local income dan management income), pendidikan, dan perlindungan populasi. Dasar penelitian yang lengkap terhadap populasi, perilaku dan sebaran kelompok akan sangat penting untuk pengelolaan ataupun pemanfaatan monyet ekor panjang sebagai salah satu potensi atraksi wisata. Aturan yang tegas terhadap pengunjung dan juga peningkatan kapasitas staf yang khusus memonitoring monyet di tempat wisata seperti puncak kelimutu diharapkan dapat mengoptimalkan interaksi antara monyet dan manusia.
Salah satu primata yang cukup populer dikalangan masyarakat, dari anak-anak hingga orang tua adalah kera ekor panjang (Macaca fascicularis) alias monyet. Dengan tingkahnya yang atraktif dan menghibur, tak heran jika primata ini sering menjadi binatang hiburan keliling dari kampung ke kampung melalui pertunjukan “topeng monyet”. Pertunjukan yang hampir selalu mampu menyedot kerumunan orang setiap kali dimainkan. Aksi-aksi yang dapat membuat orang berdecak kagum, merubah tangis menjadi tawa dan menyulap amarah menjadi senyuman.
Foto:mocaca fascicularis (kera ekor panjang) gua monyet Tenau kacamatan Alak, kabupaten Kupang
B. POPULASI PRIMATA
Populasinya M. fascicularis banyak terdapat di kawasan Asia Tenggara, mulai dari Myanmar, Indochina, Malaysia dan Indonesia. Bahkan juga ditemukan di pulau Timor. Penyebarannya di Indonesia mencakup sebagian besar wilayah Indonesia mulai dari Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara sampai Flores.
M. fascicularis merupakan salah satu satwa liar yang statusnya hingga saat ini terdaftar sebagai spesies yang dilindungi. Karena tekanan terhadap populasi kera ini kian hari kian menunjukkan gejala yang mengkhawatirkan dan terus mengalami penurunan.
C. DESKRIPSI FISIK, PERILAKU DAN MAKANAN
M. fascicularis termasuk sub suku Cercophitecinae atau Cheek Pounch Monkey atau monyet dengan kantung pipi. Terdapat 11 jenis dalam suku ini di Indonesia. Jenis yang paling mirip adalah beruk (Macaca nemestrina).
v deskripsi fisik dari mocaca fascicularis.
1) Panjang tubuh kera dewasa sekitar 40-50 cm belum termasuk ekor dengan berat 3 -7 kg.
2) Sementara panjang ekor 1 hingga 1,5 kali panjang tubuh.
3) kepala dengan warna coklat keabu-abuan atau kemerah-merahan.
4) Bulunya berwarna coklat abu-abu hingga coklat kemerahan sedangkan
5) wajahnya berwarna abu-abu kecoklatan dengan jambang di pipi berwarna abu-abu, terkadang terdapat jambul di atas kepala.
6) Hidungnya datar dengan ujung hidung menyempit.
7) Kera ini memiliki gigi seri berbentuk sekop, gigi taring dan geraham untuk mengunyah makanan
v Deskripsi prilaku dari primata (mocaca fascicularis)
1. Kera ini merupakan jenis satwa yang hidup berkelompok, dimana bisa mencapai hingga 30 ekor dalam tiap kelompok.
2. Biasanya dalam setiap kelompok ada seekor adult male (jantan dewasa) yang menjadi pemimpin dan mendominasi anggota yang lain.
3. Hirarki dalam komunitasnya ditentukan oleh beberapa faktor seperti usia, ukuran tubuh dan keahlian berkelahi.
4. Mereka memasuki masa kawin pada umur enam tahun untuk pejantan dan empat tahun untuk betina. Jangan harap ada kesetiaan dalam komunitas ini. Karena pejantan biasanya kawin dengan banyak betina.
v Deskripsi makan primata (mocacafascicularis)
Sebagai golongan omnivora yang memakan daging dan tumbuhan. Makanannya bervariasi yaitu:
1. buah-buahan (96 %),
2. daun, bunga,rumput mudah.
3. jamur,
4. serangga, siput, dan lain sebagainya.
D. TEKANAN TERHADAP POPULASI
Dan hingga kinipun tekanan terhadap populasi M. fascicularis tak kunjung surut. Beberapa kali jajaran pemerinta kota bersama DPRD propinsi NTT berhasil menggagalkan upaya penyelundupan primata ini. Memang selama ini gua monyet Tenau dijadikan sebagai tempat hiburan utama bagi semua kalangan.
Kera merupakan satwa yang ramah dan dapat bersahabat dengan menusia, itulah salah satu penyebab sehingga banyak yang menjadikannya sebagai hawan peliharaan. Namun kini ada alternatif baru bagi Anda pecinta kera untuk menikmatinya tanpa harus menyiksanya dengan mengekangnya di halaman rumah Anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar